Perjalanan Panjang Bustehouder dari Zaman Kuno ke Era Modern
Inrofaa - Bra atau bustehouder, yang kini menjadi bagian penting dari pakaian sehari-hari perempuan, memiliki sejarah panjang yang berkembang mengikuti kebutuhan, budaya, dan teknologi. Sejak zaman kuno, perempuan telah menggunakan berbagai bentuk penyangga dada. Di peradaban Yunani kuno, misalnya, beberapa perempuan mengenakan kain lilitan sederhana untuk menutupi dan menopang payudara. Pada periode Romawi, terdapat penggunaan semacam pembalut dada yang disebut fascia, berfungsi menahan gerakan dan memberi kenyamanan saat beraktivitas.
Memasuki abad pertengahan, konsep penyangga payudara bergeser seiring berkembangnya mode pakaian yang lebih struktural. Korset muncul sebagai pakaian utama untuk membentuk tubuh, memberi siluet ramping, dan mengangkat bagian dada. Namun, meski populer selama berabad-abad, korset sering dianggap tidak nyaman karena terlalu ketat dan membatasi gerakan. Revolusi industri kemudian membawa inovasi baru: mesin jahit, produksi massal, dan bahan yang lebih elastis membuka jalan untuk alternatif yang lebih praktis.
Pada awal abad ke-20, muncul gagasan untuk menciptakan penyangga dada yang lebih ringan dan fleksibel. Desain bra modern pertama mulai diperkenalkan sekitar tahun 1910-an. Bustehouder ini menggunakan dua cup sederhana, tali bahu, dan band yang melingkari bagian punggung. Desain tersebut menggeser fungsi dari pembentukan tubuh menjadi penopang yang nyaman. Setelah itu, bra berkembang pesat mengikuti perubahan gaya hidup perempuan yang semakin aktif.
Dekade demi dekade, teknologi dan mode terus mempengaruhi bentuk bra. Pada tahun 1930-an, ukuran cup diperkenalkan untuk memberikan penyesuaian yang lebih presisi. Tahun 1950-an menampilkan gaya yang lebih feminin dengan bentuk kerucut yang khas. Masuk ke tahun 1970-an, kebutuhan perempuan yang aktif berolahraga mendorong munculnya sports bra, yang dirancang untuk menahan guncangan dan menjaga kenyamanan. Perkembangan bahan seperti spandex, microfiber, dan busa ringan membuat bra semakin suportif sekaligus tetap memberi rasa natural.
Kini, bustehouder hadir dalam berbagai bentuk: push-up, bralette, minimizer, strapless, hingga seamless. Fungsinya pun tidak hanya sebagai penopang fisik, tetapi juga simbol kenyamanan, pilihan gaya, dan ekspresi diri. Evolusi panjang bra mencerminkan perjalanan perempuan dalam menemukan keseimbangan antara fungsi, estetika, dan kebebasan bergerak. Dari kain lilitan sederhana hingga rancangan ergonomis modern, sejarah bustehouder menunjukkan bagaimana kebutuhan manusia terus mendorong inovasi dalam dunia fesyen.
Referensi : Jawa Pos (2018), ERA.id (2020), Detik Jabar (2022)
Baca Juga :
Hubungi Admin? Klik di sini
Salam Ilmu Pengetahuan
Terima kasih
Komentar