Jembatan Ampera Palembang: Dari Jembatan Angkat hingga Ikon Kota

Sejarah Singkat Jembatan Ampera

Inrofaa - Jembatan Ampera merupakan salah satu ikon paling terkenal di Kota Palembang, Sumatera Selatan. Jembatan ini dibangun pada awal dekade 1960-an, tepatnya mulai tahun 1962, dan diresmikan untuk digunakan pada tahun 1965. Pada awal pembangunannya, jembatan ini bernama Jembatan Soekarno, sebagai bentuk penghormatan kepada Presiden pertama Republik Indonesia. Namun, seiring perubahan situasi politik nasional setelah tahun 1966, nama jembatan tersebut diubah menjadi Ampera, singkatan dari Amanat Penderitaan Rakyat. Sejak saat itu, nama Ampera melekat kuat sebagai identitas sejarah dan kebanggaan masyarakat Palembang.

Keunikan utama Jembatan Ampera terletak pada desainnya yang memiliki dua menara tinggi dan bagian tengah yang awalnya dapat diangkat. Sistem pengangkatan ini dirancang agar kapal-kapal besar, khususnya kapal dagang dan kapal bermuatan tinggi, dapat melintas di Sungai Musi tanpa hambatan. Pada masa itu, Sungai Musi merupakan jalur transportasi air yang sangat vital bagi aktivitas ekonomi dan distribusi barang di Palembang. Oleh karena itu, jembatan harus mampu melayani dua kepentingan sekaligus: transportasi darat dan lalu lintas sungai.

Manfaat pembangunan Jembatan Ampera sangat besar bagi perkembangan kota. Sebelum jembatan ini ada, masyarakat yang ingin menyeberang Sungai Musi harus menggunakan perahu atau kapal penyeberangan, yang sering kali memakan waktu lama dan bergantung pada kondisi cuaca. Kehadiran Jembatan Ampera mempercepat mobilitas penduduk, memperlancar distribusi barang, serta memperkuat hubungan ekonomi dan sosial antara wilayah Seberang Ilir dan Seberang Ulu. Akses menuju pusat pemerintahan, pasar, sekolah, dan fasilitas umum lainnya menjadi jauh lebih mudah dan efisien.

Selain manfaat transportasi, Jembatan Ampera juga berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi dan pariwisata. Area di sekitar jembatan berkembang menjadi pusat aktivitas perdagangan, kuliner, dan wisata. Pada malam hari, jembatan ini menjadi daya tarik visual dengan pencahayaan yang indah, menjadikannya simbol kota sekaligus tempat berkumpul masyarakat. Dalam konteks budaya, Jembatan Ampera tidak hanya berfungsi sebagai infrastruktur, tetapi juga sebagai penanda sejarah perjalanan pembangunan Palembang.

Mengenai sistem pengangkatan bagian tengah jembatan (sering disebut sebagai “kelebihan” atau mekanisme naik-turun) operasionalnya tidak berlangsung lama. Pengangkatan jembatan terakhir kali dilakukan sekitar tahun 1970  Setelah itu, sistem tersebut dihentikan secara permanen. Penghentian ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain berkurangnya lalu lintas kapal besar di Sungai Musi, waktu pengangkatan yang cukup lama sehingga mengganggu arus kendaraan, serta pertimbangan keselamatan dan biaya perawatan.

Sejak saat itu, Jembatan Ampera difungsikan sepenuhnya sebagai jembatan tetap tanpa mekanisme pengangkatan. Hingga kini, Jembatan Ampera tetap menjadi simbol sejarah, kemajuan, dan identitas Kota Palembang yang tidak tergantikan.

Referensi : Kemdikbud RI (2018), Kompas.com (2020), TribunSumsel.com (2021)

Hubungi Admin? Klik di sini

Salam Ilmu Pengetahuan
Terima kasih

Komentar