Pareidolia: Penjelasan Fenomena Melihat Wajah di Benda Mati Menurut Psikologi

Inrofaa - Pareidolia adalah fenomena psikologis ketika seseorang melihat bentuk, pola, atau makna tertentu (terutama wajah) pada objek yang sebenarnya tidak memiliki bentuk tersebut. Contohnya adalah melihat wajah pada awan, bayangan di dinding, permukaan batu, atau benda sehari-hari seperti stop kontak dan mobil. Fenomena ini sangat umum dan dialami oleh hampir semua manusia, tanpa memandang usia, latar belakang pendidikan, atau budaya. Pareidolia bukanlah khayalan, melainkan hasil cara kerja alami otak manusia dalam memproses informasi visual.

Secara ilmiah, pareidolia terjadi karena otak manusia dirancang untuk mengenali pola dengan sangat cepat, khususnya pola wajah. Kemampuan ini berkembang sebagai bagian dari mekanisme bertahan hidup. Pada masa lalu, kemampuan mengenali wajah atau sosok lain dengan cepat sangat penting untuk membedakan teman, musuh, atau ancaman di lingkungan sekitar. Akibatnya, otak lebih “memilih salah” dengan menganggap suatu pola sebagai wajah daripada melewatkan kemungkinan penting. Inilah sebabnya mengapa bentuk sederhana seperti dua titik dan satu garis sudah cukup untuk dianggap sebagai wajah oleh otak.

Bagian otak yang berperan besar dalam pareidolia adalah area pengenal wajah, yang tetap aktif meskipun objek yang dilihat bukan wajah sungguhan. Ketika mata menangkap pola acak, otak berusaha mencocokkannya dengan pengalaman dan ingatan yang sudah ada. Jika pola tersebut sedikit saja menyerupai sesuatu yang familiar, otak akan segera memberi makna. Proses ini berlangsung sangat cepat dan sering kali terjadi tanpa disadari, sehingga seseorang merasa “melihat” sesuatu secara spontan.

Pareidolia juga dipengaruhi oleh faktor emosional, budaya, dan keyakinan. Seseorang yang sedang lelah, stres, atau sangat fokus pada suatu hal tertentu cenderung lebih mudah mengalami pareidolia. Selain itu, latar belakang budaya dapat memengaruhi apa yang dilihat; misalnya, seseorang bisa melihat wajah tokoh tertentu karena sering terpapar gambarnya. Dalam konteks sosial, pareidolia sering menjadi viral di internet karena dianggap unik, lucu, atau menakjubkan.

Penting untuk dipahami bahwa pareidolia berbeda dengan halusinasi. Pada pareidolia, objek yang dilihat benar-benar ada, hanya saja ditafsirkan secara keliru. Sementara itu, halusinasi melibatkan persepsi terhadap sesuatu yang tidak ada sama sekali. Oleh karena itu, pareidolia tidak menandakan gangguan mental dan umumnya tidak memerlukan penanganan khusus. Fenomena ini justru menunjukkan betapa kreatif dan efisiennya otak manusia dalam memahami dunia, meskipun terkadang makna yang diberikan tidak sepenuhnya sesuai dengan kenyataan.

Referensi : TV Liputan6, Website Kompas, ANTARA News

Baca Juga :
    Rekomendasi Produk :

      Hubungi Admin? Klik di sini

      Salam Ilmu Pengetahuan
      Terima kasih

      Komentar