Fakta Sebenarnya tentang Lobster yang Disebut Bisa Hidup Abadi

Fakta Lobster yang Hidup Abadi

Inrofaa - Lobster sering disebut sebagai hewan yang bisa hidup sangat lama, bahkan ada anggapan bahwa lobster dapat hidup selamanya. Anggapan ini muncul karena lobster memiliki karakter biologis yang tidak umum dibandingkan banyak hewan lain, terutama terkait pertumbuhan, pergantian cangkang, dan proses penuaan sel. Namun, klaim tersebut perlu diluruskan agar tidak menimbulkan kesalahpahaman.

Salah satu alasan utama munculnya mitos keabadian lobster adalah keberadaan enzim telomerase. Telomerase berfungsi menjaga panjang telomer, yaitu bagian ujung kromosom yang biasanya memendek setiap kali sel membelah. Pada manusia dan banyak hewan lain, pemendekan telomer berkontribusi pada penuaan sel. Lobster memiliki aktivitas telomerase yang relatif tinggi sepanjang hidupnya, sehingga sel-selnya dapat terus membelah dan memperbaiki jaringan tanpa cepat mengalami penuaan seluler. Inilah yang membuat lobster tampak “tidak cepat menua” dari sisi biologis.

Namun, penuaan sel tidak sama dengan penuaan organisme secara keseluruhan. Meski sel lobster dapat bertahan lebih lama, tubuh lobster tetap mengalami berbagai keterbatasan fisik. Faktor seperti kerusakan jaringan, penyakit, stres lingkungan, dan kebutuhan energi tetap memengaruhi kelangsungan hidupnya. Dengan kata lain, telomerase hanya memperlambat penuaan sel, bukan menghilangkan kematian.

Ciri unik lain lobster adalah pertumbuhannya yang berlangsung seumur hidup. Tidak seperti manusia yang berhenti tumbuh pada usia tertentu, lobster akan terus membesar selama masih hidup. Karena tubuhnya dilindungi oleh eksoskeleton atau cangkang keras, lobster tidak bisa tumbuh tanpa melepaskan cangkang tersebut. Proses ini disebut molting atau ganti kulit. Saat tubuhnya membesar, lobster akan keluar dari cangkang lama, lalu menyerap air untuk memperbesar volume tubuh sebelum cangkang baru mengeras.

Penting dipahami bahwa cangkang baru tidak muncul sebelum cangkang lama dilepas. Setelah molting, lobster berada dalam kondisi sangat rentan karena tubuhnya lunak dan belum terlindungi sempurna. Proses pengerasan cangkang membutuhkan waktu dan energi yang besar. Pada fase ini, lobster mudah terserang penyakit, infeksi, atau dimangsa oleh predator.

Seiring bertambahnya usia dan ukuran tubuh, molting menjadi semakin jarang tetapi jauh lebih berisiko. Lobster muda dapat berganti kulit beberapa kali dalam setahun, sementara lobster dewasa dan besar mungkin hanya melakukannya sekali dalam beberapa tahun. Setiap kali molting pada usia tua menjadi semacam “taruhan hidup”, karena kegagalan sedikit saja bisa berujung kematian.

Inilah alasan utama mengapa lobster tidak benar-benar hidup ratusan tahun, meskipun secara teori memiliki potensi umur panjang. Tidak ada bukti ilmiah kuat yang menunjukkan lobster dapat hidup selama ratusan tahun. Kebanyakan lobster mati akibat kegagalan molting, penyakit, atau faktor lingkungan, bukan karena sel-selnya “habis usia”.

Kesimpulannya, lobster memang memiliki mekanisme biologis yang membuat penuaannya lambat, terutama berkat telomerase dan pertumbuhan seumur hidup. Namun, keterbatasan fisik dan risiko molting membuat lobster tetap memiliki batas umur. Jadi, lobster bukan makhluk abadi, melainkan hewan dengan potensi umur panjang yang dibatasi oleh realitas biologisnya sendiri.

Referensi : Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Buleleng, Medcom.id, Begaye Pontianak

Hubungi Admin? Klik di sini

Salam Ilmu Pengetahuan
Terima kasih

Komentar