Tempe: Asal Usul, Proses Fermentasi, dan Jenis Jamur yang Digunakan

Inrofaa - Tempe adalah makanan tradisional khas Indonesia yang dibuat dari biji kedelai melalui proses fermentasi. Tempe dikenal luas sebagai sumber protein nabati yang bergizi, murah, dan mudah diolah. Teksturnya padat, berwarna putih keabu-abuan, dengan rasa khas yang netral sehingga cocok dimasak menjadi berbagai hidangan, mulai dari tempe goreng, bacem, hingga olahan modern. Selain protein, tempe juga mengandung serat, vitamin B, mineral, dan senyawa bioaktif yang baik bagi kesehatan pencernaan.

Sejarah tempe pertama kali diketahui berasal dari Pulau Jawa, terutama Jawa Tengah dan Jawa Timur. Catatan tertulis tentang tempe diperkirakan muncul sekitar abad ke-17 dalam naskah kuno Jawa, yang menunjukkan bahwa tempe telah lama menjadi bagian dari budaya pangan masyarakat lokal. Berbeda dengan tahu yang mendapat pengaruh kuat dari Tiongkok, tempe dianggap sebagai inovasi asli Nusantara. Proses pembuatannya berkembang dari kebiasaan masyarakat Jawa yang memanfaatkan kedelai dan fermentasi alami untuk menghasilkan makanan tahan lama dan bernilai gizi tinggi.

Tempe bisa terbentuk melalui proses fermentasi kedelai yang melibatkan mikroorganisme tertentu. Awalnya, kedelai direbus dan direndam untuk melunakkan bijinya serta mengurangi zat antinutrisi. Setelah itu, kulit kedelai dilepaskan, lalu kedelai direbus kembali dan didinginkan. Pada tahap inilah ragi tempe ditambahkan. Kedelai kemudian dibungkus dan dibiarkan dalam kondisi hangat selama sekitar 36 - 48 jam hingga terbentuk tempe yang padat.

Rahasia utama tempe terletak pada proses fermentasi yang tepat. Suhu, kelembapan, kebersihan, serta kualitas ragi sangat menentukan keberhasilan pembuatan tempe. Jika kondisi terlalu panas, jamur bisa mati; jika terlalu dingin, pertumbuhannya terhambat. Selain itu, kadar air kedelai harus pas agar jamur dapat tumbuh merata dan mengikat biji kedelai menjadi satu kesatuan padat.

Jenis jamur yang berperan penting dalam pembuatan tempe adalah jamur dari genus Rhizopus, terutama Rhizopus oligosporus. Jamur ini membentuk miselium berupa benang-benang putih yang tumbuh menyelimuti dan menembus kedelai. Miselium inilah yang  merekatkan biji kedelai sehingga tempe menjadi kompak. Selain itu, jamur Rhizopus juga menghasilkan enzim yang memecah protein dan karbohidrat kompleks menjadi bentuk yang lebih sederhana, sehingga tempe lebih mudah dicerna dan nilai gizinya meningkat. Inilah yang menjadikan tempe bukan sekadar makanan tradisional, tetapi juga pangan fermentasi bernilai tinggi yang diakui dunia.

Referensi : Situs Kemenkes, Situs Budaya Indonesia, Jurnal Andaliman

Hubungi Admin? Klik di sini

Salam Ilmu Pengetahuan
Terima kasih

Komentar